“Sama-sama, Papa Herman. Oh, ya, Poppy mau ucapkan terima kasih sama Papa Herman.”
“Terima kasih soal apa?” tulis Herman.
“Dulu, para penghuni kamar ini suka bakar kemenyan untuk mengusir Poppy. Tetapi, Papa Herman tidak melakukannya.
Terima kasih ya, Papa Herman? Tahu nggak, bau kemenyan itu bikin Poppy mual.”
Herman terkekeh.
Begitulah. Herman menemukan semangat hidupnya yang sempat surut.
Herman tak lagi memikirkan vonis dokter bahwa dirinya mandul. Ia tak lagi merindukan tangis si kecil.
Kini Herman sudah memiliki anak; si Poppy yang menurut penuturannya di layar laptop berwajah cantik dan berambut lurus sebahu, si Poppy yang selalu membawa kesiur angin di kamar bila datang.
Tetapi, ini rahasia. Kalian jangan bilang siapa-siapa, ya! (Seperti dikisahkan Sulistiyo Suparno di Koran Merapi) *