Kondisi tubuhku juga kurang fits dan makan tidak teratur, jadi aku langsung sakit.
Dua hari setelah itu, suasana menjadi sangat mencekam.
Saat ibu sedang kusyuknya salat isya, dengan suasana yang sepi.
Tiba-tiba ada suara erangan dari arah rumah Mbah Darmi, sontak ibuku terkejut bukan main.
Walau begitu ia tetap melanjutkan salatnya. Lalu membaca doa semampunya.
Tidak hanya ibu yang diganggu, aku juga merasakan hal yang sama.
Saat itu malam jumat, aku sedang membaca tahlil.
Suara ketukan di kursi sayup-sayup terdengar, makin lama suaranya cukup jelas.
Aku menghentikan bacaanku, mencoba mendengarkan sekitar.
Memang benar, gangguan itu seperti tidak ada habisnya.
Aku memutuskan membaca tahlil cukup keras, terakhir kututup dengan mendoakan Almarhumah Mbah Darmi.
Saat pagi memang tak ada gangguan yang terjadi.
Tetapi saat malam tiba, gangguan itu kembali hadir.