Benar saja, saat ayah mencoba membunuh satu ulat, langsung berubah menjadi banyak.
Hingga akhirnya rumah mereka dipenuhi ulat yang merambat di mana-mana.
Mereka merasa jijik dan ngeri melihatnya.
Tetapi rupanya ulat-ulat itu punya tujuan, mereka seolah dikomando bergerak menuju rumah Pak Kyai yang berada di tengah kompleks.
Selama 3 hari pasukan ulat pohon merambat tanpa mengganggu suami saya dan orangtuanya.
Tepat di hari ketiga muncullah ulat penghabisan yang berukuran paling besar.
Kali itu hewan tersebut bisa dibunuh oleh ayah dan tidak berubah lagi.
Setelah serbuan ulat pohon, Pak Kyai Latif jatuh sakit hingga meninggal.
Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi orangtua suami saya di kemudian hari bercerita,
kejadian ganjil tersebut adalah semacam santet yang dikirim oleh kerabat Pak Kyai sendiri.
Wallahu alam. (Seperti dikisahkan Gita FU di Koran Merapi) *