HARIAN MERAPI - Jejak syiar Islam para wali meninggalkan banyak petilasan dan makam. Di antaranya Makam Sunan Geseng di Piyungan, Bantul, Jogjakarta.
Salah satu yang dipercaya sebagai makam Sunan Geseng berada di Padukuhan Srimulyo, Piyungan, Bantul.
Makam Sunan Geseng di Padukuhan Srimulyo, Piyungan, berada di dataran tinggi padukuhan tersebut.
Areal persawahan berhektar-hektar masih bisa disaksikan di sepanjang jalan menuju bukit tinggi tempat Makam Sunan Geseng itu.
Bukit besar yang merupakan bagian dari Perbukitan Seribu Gunung Kidul itu menjadi batas wilayah Desa Piyungan sebelah selatan.
Warga sekitar percaya, kesuburan tanah di desa itu tak lepas dari berkah Kanjeng Sunan Geseng.
Karena itu setiap habis masa panen masyarakat setempat mengadakan kenduri massal di kompleks Makam Sunan Geseng.
Tak berlebihan, jika Makam Sunan Geseng di Desa Piyungan itu dikeramatkan. Bahkan, juga menjadi tempat tirakat.
Hafid, salah satu pelaku tirakat di Makam Sunan Geseng mengaku menjalani kisah nyata tirakat karena ditugaskan oleh gurunya di pesantren.
Dia mengatakan, kisah Sunan Geseng yang semula bernama Ki Cokrojoyo banyak menginspirasi para santri seperti dirinya.
Hafid pun mengaku menjalani tirakat di Makam Sunan Geseng itu pada tahun 2014, selama 40 hari.
Setiap malam dia berdzikir dan wirid. Kemudian, siang harinya mengaji hingga khatam.
“Dalam waktu dua bulan, saya khatam Quran enam kali”, ujar Hafidz, mengisahkan pengalamannya tirakat di Makam Sunan Geseng.
Menurutnya, tirakat di Makam Sunan Geseng biasanya dilakukan selama 40 hari atau lebih. Kalau belum mendapat ilham, biasanya peziarah belum akan pulang.
Hafidz sendiri mengaku mendapat ilham dua kali. Ilham pertama berupa penampakan sesosok gaib yang dipercaya sebagai Sunan Geseng.
Menurut Hafid, dalam penampakannya itu wajah Sunan Geseng sangat halus seperti tidak ada pori-porinya, dan bersinar.