Mbah Longko mengajari rekan-rekannya itu mula-mula dengan tanaman perkebunan. Tanah yang sudah dicangkul dibuat guludan-guludan, disiram dengan air lalu ditanami dengan aneka tanaman sayuran, ubi jalar, ubi kayu, kimpul, suwek. Sedangkan di pinggiran lahan ditanami pohon buah-buahan, ada mangga, pakel, sawo, jambu dan di sana sini ditanami pohon kelapa.
SUATU hari Mbah Longko merasa perlu untuk mengundang sanak kadang ke rumahnya, untuk sekedar bincang-bincang, “Sanak kadang semuanya, setelah berkali-kali kita panen tanaman perkebunan sekaligus menikmati hasilnya ya seperti itulah nikmatnya hasil keringat kita. Meski begitu Kanjeng Pangeran Diponegoro suwargi pernah ngendika ‘bahan makan yang paling baik bagi manusia itu padi’ maka marilah kita belajar menanam padi”, kata Mbah Longko.
“Caranya, Eyang?”.
“Lahan yang masih kosong di tempatmu masing-masing dialiri dengan air dari belik-belik bikinanmu dulu. Biarkan beberapa hari agar tanah itu menjadi gembur dan lunak karena terendam air. Setelah gembur dicangkuli dan diratakan kemudian sawurkan gabah kering. Jadilah sawah dengan tanaman padi Gogo”, kata Mbah Longko menjelaskan.
Hari-hari berikutnyapun mereka kemudian mencoba mempraktekkan apa yang diajarkan Eyang Longko pepunden mereka. Ternyata hasilnya tidak mengecewakan padi yang mereka tanam tumbuh subur menghijau dan hasil panennyapun cukup baik. Sekarang wilayah sekitar Randu Alas Kembar yang sudah dikembangkan juga merupakan persawahan yang menghijau subur sebagai wilayah lumbung padi di daerah Kecamatan Minggir, Kabupaten, Sleman, Yogyakarta.
Dilestarikan
Sekarang dusun Tiban yang termasuk desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Sleman ini berusaha melestarikan tradisi asli daerahnya dengan menyelenggarakan kirab budaya. Kirab dimulai dari dusun Jonggrangan menuju ke tempat yang disakralkan yakni di bawah Pohon Randu Alas kembar yang terletak di tengah dusun Tiban. Menurut Bapak Thomas Sukardi sesepuh dusun tersebut, jaman dulu orang dari berbagai daerah sering datang tetirah di bawah pohon Randu alas, samadi, dan nenuwun kepada Gusti Yang Maha Kuasa. Jika penuwunannya terkabul biasanya mereka mengadakan syukuran dengan menggelar kenduri mengajak masyarakat sekitar.