Istrinya segera mencari anjing piaraannya yang berbulu belang putih dan hitam itu lalu diajak mendekati suaminya.
Pangeran Silarong mengepal-ngepal nasi, lalu ditutulkan ke darah merah dalam takir kemudian diberikan kepada anjingnya. Selang beberapa detik setelah memakan nasi berlepotan darah tersebut si Plonteng nampak terhuyung-huyung, jatuh ke lantai, dan mati.
"Ah, bagaimana Kangmas ini? Plonteng kamu bunuh?" istri Pangeran Silarong menjadi sedih sekali.
"Tenanglah, Diajeng. Soal anjing piaraan besuk kucarikan lagi. Namun perkenankanlah aku menguliti anjing ini."
Ternyata setelah diiris-iris dengan pisau daging anjing tadi begitu mbedhelnya, tidak alot seperti kebanyakan daging mentah. (Akhiyadi)