Keadaan pasar porak poranda, bangunan los-los yang biasa dipakai untuk berjualan ambruk, pohon-pohon Waru bertumbangan. Bahkan sebuah pohon kelapa di utara pasar milik Sastro Jazuli batangnya langsung patah tertabrak mortir yang terbang melaju dari arah utara.
TENTU saja kejadian tersebut membuat pemerintah desa dan juga pemerintah kecamatan Godean sangat prihatin sekaligus berjanji akan mengadakan pembalasan. Maka Komando Onder Distrik Militer (KODM) di kecamatan segera dibentuk dan diketuai oleh Serma Ngadino. Sedangkan di tingkat Kalurahan dibentuklah Sub Komando Onder Distrik Militer (SKODM) yang dikoordinir oleh Muhsin.
Pagi harinya, ketika matahari bersinar cerah, langit bersih, udara semilir dingin, dan burung-burung kecil bertengger di dahan pepohonan sambil bernyanyi dengan lagu hafalannya masing-masing.
Mereka tidak mengerti bahwa nyanyian merdunya itu justru mengiringi gerak langkah si penjajah angkara murka yang merusak alam Indonesia. Hari itu tentara Belanda mengadakan patroli dari markas di Cebongan melalui desa-desa Cibuk, Barak, Klaci, Kramen. Selanjutnya mereka menuju ke arah selatan melewati dusun Buntalan, Bendungan, dan akhirnya ke Pasar Godean.
Kurang lebih pukul 09.00 Belanda mengadakan pendobrakan rumah-rumah penduduk yang pintunya tertutup.
“Bule pekok, sampeyan kok nekad ndobrak pintu rumahku?” seorang wanita bertubuh gemuk kira-kira berusia 50-an tahun dengan keberaniannya yang luar biasa bertanya kepada Belanda yang sikapnya jauh dari sopan itu.
“He, ibu gemuk. Aku mendobrak pintu rumahmu karena ingin mencari para gerilya. Kamu punya anak yang jadi gerilya tidak?”