"Hai, saudara-saudaraku yang ada di pasar ini segeralah kalian mencari perlindungan seadanya. Siapa tahu montor mabur Belanda yang terbang berkitar-kitar di langit sana akan menjatuhkan bom?" pintanya mengingatkan agar semua orang di dalam pasar itu berhati-hati.
Tidak seberapa lama kemudian terdengar suara mortir terbang dari arah utara, "Siiuuuutt… glegeerrrrr!" peluru mortir sebesar buah kates jatuh meledak di tengah pasar. Berkali-kali Belanda menembakkannya dari Markasnya di Cebongan yang berjarak sekitar lima kilometer arah utara. Kiranya montor mabur yang terbang berkitar-kitar tersebut cuma menunjukkan arah lokasi yang harus diserang. (Akhiyadi)