MATARAM ketika itu yang menduduki tahta adalah Sunan Amangkurat Agung, dan sebagai sesepuh Mataram adalah Pangeran Sepuh Purubaya mengalami zaman ayem tentrem kertaraharja. Kehidupan rakyat Mataram penuh bahagia, tidak ada yang merasa dirugikan, semua bahagia hidup sejahtera. Namun ada satu punggawa kraton yang bernama Tumenggung Pasingsingan, yang merasa sakit hati lantaran tidak diangkat menjadi pepatih dalem. Untuk itu Tumenggung Pasingsingan selalu mencari cara bagaimana membalaskan sakit hatinya, dengan segala daya upaya. Berhasilkah usaha Tumenggung Pasingsingan melaksanakan niat jahatnya?
Dalam Babad Tanah Jawi diceriterakan, asal-usul Tumenggung Pasingsingan berasal dari Pati, pertama kali mengabdi di Mataram menjadi pekatik atau tukang mencari rumput makanan kuda. Karena rajin dan bertanggungjawab, kemudian dijadikan lurahing prajurit dan disayang oleh Kangjeng Pangeran Rangsang. Ketika Pangeran Rangsang jumeneng nata dan pindah ke Pleret, Pasingsingan dipercaya untuk membangun kraton baru tersebut, hingga diberi pangkat tumenggung. Dengan demikian Tumenggung Pasingsingan tahu betul seluk-beluk tentang bangunan kraton Mataram di Pleret, termasuk dimana yang ringkih karena dia yang membangun.
Ketika di Mataram diadakan pilihan patih, Tumenggung Pasingsingan tidak terpakai atau gagal total lantaran caranya mencari suara tidak beres. Sesepuh Mataram yakni Pangeran Sepuh Purubaya mengetahui akal liciknya Tumenggung Pasingsingan, maka kedudukan patih tidak diberikan kepadanya.
Disini mulai sakit hati rasa serik Tumenggung Pasingsingan terhadap Pangeran Purubaya. Niat hatinya ingin membuat onar, gawe rusuh di Mataram harus terlaksana, bagaimana caranya. Segala daya upaya ditempuh, yang penting keinginan untuk gawe rusuh terwujudkan.
Suatu saat habis acara wisudhan jumenengan yakni Pangeran Arya Hadi Mataram, sedangkan adiknya Pangeran Timur sudah menerima apa yang dititahkan para sesepuh Mataram karena ngrumangsani usianya lebih muda.
Inilah yang dijadikan alasan Tumenggung Pasingsingan, untuk membujuk Pangeran Timur agar mau merebut tahta kasultanan. Menurut Tumenggung Pasingsingan, Pangeran Timur lebih pandai, bijaksana dibandingkan dengan Pangeran Arya Hadi Mataram yang nampak bodoh dalam mengendalikan tata pemerintahan.
Maka segala daya upaya terus dilakukan, untuk membujuk Pangeran Timur. Salah satunya adalah lewat anak perempuannya yang bernama Rara Mangli, agar memikat Pangeran Timur untuk menjadi suaminya. Caranya, agar Rara Mangli membatik kain sinjang parang gurdha di depan pintu regol.
Taklama Pangeran Timur yang ingin mencari hiburan panglipuring manah di rumah Tumenggung Pasingsingan, ketika memasuki regol sepertinya ada orang mencegat perjalananya yakni wanita cantik. Keduanya bertatap muka, jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitu melihat Rara Mangli sedang membatik sinjang parang gurdha, dimana jenis kain tersebut hanya busana priyagung luhur atau tidak sembarang orang boleh memakai. Oleh Rara Mangli dijawab, bahwa itu pesanan Pangeran Timur untuk melangsungkan pernikahan.