Bedayan Pucuk Putri di Hamparan Kebun Teh, Sajikan Kritik Sosial Berbalut Seni Pertunjukan

photo author
- Rabu, 31 Juli 2019 | 07:53 WIB

-
Kirab budaya Bedayan Pucuk Putri di Desa Kemuning, Ngargoyoso. (Foto: Abdul Alim)

KARANGANYAR (MERAPI) - Bedayan pucuk putri di hamparan kebun teh Kemuning, Ngargoyoso sukses menyampaikan kritik sosialnya. Rangkaian bersih desa di lingkungan petani teh ini mengungkap harmonisasi manusia dengan alam yang terusik perkembangan zaman.

Prosesinya diawali kirab budaya penduduk Rw XIV Desa Kemuning ke lokasi bersih dusun di jeblokan kebun teh Dusun Gondangrejo. Muda mudi maupun dewasa mengusung gunungan makanan dan lauk pauknya untuk didoakan dan disantap bersama. Nyanyian kidung mengalun lembut diikuti para penampil Bedayan Pucuk Putri. Sebanyak sembilan gadis remaja memasuki panggung tari alami, yakni hamparan kebun teh berukuran 20 meter persegi. Di bawahnya mengalir sungai sendang Gondangrejo. Mereka membawa oncor sebagai penanda pagi belum tiba. Geliat dan gerak para penari pucuk putri melambangkan daun terbaik muncul. Para penari merias diri dengan tampilan terbaik untuk melambangkan daun yang selalu dinanti para petani teh.

“Rahasia kualitas teh ada pada tiga pucuknya. Mereka disebut roh kenikmatan. Sudah sepantasnya ‘daun emas’ itu dijaga dan dilestarikan anak cucu kita. Supaya ekosistem alam tetap terjaga dan menjaga,” kata Ketua Panitia Bedayan Pucuk Putri, Priyanto Kromowiryo, Selasa (30/7).

Sayangnya, menjaga kebun teh tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halangan menghadang, misalnya serangan hama. Dalam bedayan pucuk putri, digambarkan enam penari pagebluk menyerang pucuk putri. Meski begitu, para petani tetap gigih menyelamatkan tanamannya hingga kembali memunculkan pucuk berkualitas. Ternyata, tantangan terberat bukan hama penyakit tanaman saja. Justru, perkembangan zaman menggerus nilai kearifan lokal. Para pemuda tak lagi tertarik melanjutkan bercocok tanam teh. Mereka lebih tertarik kerja di industri atau merantau ke kota.

“Ini ironi yang disampaikan. Kita panggil lagi para pemuda untuk nguri-uri peninggalan leluhur berupa kebun teh. Teh mengajarkan nilai kehidupan. Walaupun dipetik tiap hari, daun teh tetap tumbuh,” katanya.

Pertunjukan itu disaksikan para pengunjung di Kampung Wisata Kodok, Kemuning serta dihadiri sejumlah pejabat seperti Wabup Rober Christanto, Camat Ngargoyoso Edi Sukiswadi serta Kades Kemuning Widadi Nur Widyoko.

Wabup Rober Christanto mengatakan, keberadaan kebun teh di Kemuning membawa kesejahteraan melimpah. Mulai hasil perkebunan, pariwisata sampai gentong air penduduk di lereng Lawu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X