KISAH CINTA PANGERAN SUMEDANG-RATU CIREBON (2) - Perang Besar pun Tak Terhindarkan

photo author
- Jumat, 7 Juni 2019 | 20:23 WIB

-

KERAJAAN Cirebon kemudian menyebar beberapa teliksandi untuk mencari keberadaan Ratu Harisbaya yang menghilang, bersamaan dengan kepulangan Pangeran Geusan Ulun dari Sumedang setelah bertamu. Raja Cirebon Panembahan Ratu I sudah curiga, karena ketampanan Pangeran Geusan Ulun dari Sumedang Larang membuat banyak puteri Cirebon tergila-gila. Boleh jadi isterinya, Ratu Harisbaya pun ikut terpesona ketampanan sang pangeran. Sangat mungkin Sang Ratu ikut ke Sumedang, atau dilarikan oleh sang pangeran.

Dalam Babad Tanah Sumedang diceriterakan, akhirnya para teliksandi yang menyamar sebagai pedagang ikan asin bisa menemukan keberadaan Ratu Harisbaya di Sumedang. Terbongkarlah rahasia tersebut, selama ini Ratu Harisbaya berada di keraton Sumedang sebagai isteri Pangeran Geusan Ulun. Tentu saja raja Cirebon yakni Pangeran Sepuh I menjadi sangat murka, lagi-lagi Panglima perang Jaya Perkasa ambil alih tanggungjawab. Dia lantas menyiapkan pasukan untuk menghadapi pasukan Cirebon.

Memperkirakan, bahwa perang pasti akan berlangsung lama, sampai-sampai panglima menitipkan pesan kepada Pangeran Geusan Ulun. Jaya Perkasa yang dikenal sebagai panglima sakti mandraguna, memberikan perlambang dirinya sebagai pohon hanjuang yang sengaja ditanam dekat keraton. Pesannya, apabila pohon itu nantinya mati pertanda dirinya juga ikut mati dalam peperangan dan tidak kembali ke Sumedang. Namun apabila pohon hanjuang tetap tumbuh dengan subur, artinya dirinya masih hidup sehat tak kurang suatu apa.

Pertempuran antara Cirebom-Sumedang Larang pun terjadi dengan sengitnya, gara-gara kisah cinta sang pangeran dengan Ratu Harisbaya. Bagi kedua kerajaan adalah perang penuh pertaruhan harga diri, namun akhirnya pasukan Cirebon mundur. Sebagian pasukan termasuk tiga panglima lainnya pulang ke Sumedang dengan berita kemenangan, namun tidak tampak Panglima Jaya Perkasa. Mungkin diperkiarakan, Panglima Jaya Perkasa terus memburu pasukan Cirebon yang mundur sampai perbatasan.
Begitu melihat pasukannya pulang ke Sumedang tanpa Panglima Jaya Perkasa, Pangeran Geusan Ulun mengira yang bersangkutan tewas dalam peperangan. Sang Pangeran pun tidak ingat lagi akan pohon hanjuang, yang ditanam oleh Panglima Jaya Perkasa sebelum maju perang.

Pangeran Geusan Ulun yang telah naik tahta menjadi raja, mlah mmerintahkan pusat kerajaan untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Hal ini dikawatirkan nantinya, pasukan Cirebon kembali menyerang Sumedang ketika sedang lengah. Pusat kerajaan pun sementara dipindah ke wilayah Dayeuh Luhur, suatu tempat dataran tinggi yang tidak mudah dijangkau oleh musuh. Dalam hal ini Ratu Harisbaya pun dibawa pula, Kuta Maya yang semula menjadi pusat kerajaan Sumedang ditinggal.

Masih ada beberapa orang yang tinggal di Kuta Maya bekas pusat kerajaan, termasuk puteri Panglima Jaya Perkasa yang tidak bersedia pindah sambil menunggu kabar nasib ayahandanya.

Selang beberapa waktu berselang, Panglima Jaya Perkasa kembali dengan membawa sejumlah tawanan. Sorak-sorai pasukan Panglima Jaya Perkasa membuat gempita suasana Kuta Maya yang sudah sepi, mereka keluar rumah untuk melihatnya. Tak ketinggalan puteri Panglima Jaya Perkasa pun melihat keluar, yang nampak hanya rombongan tawanan tak terlihat ayahnya atau Panglima Jaya Perkasa. Dikiranya pasukan Cirebon datang menyerang, puteri Panglima Jaya Perkasa pun akhirnya bunuh diri di halaman rumah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X