PERJALANAN PANJI SUMENANG PASCA RUNTUHNYA MAJAPAHIT (2) - Pertunjukan Wayang untuk Hiburan dan Berdakwah

photo author
- Jumat, 7 Juni 2019 | 06:18 WIB

-

SEPANJANGperjalanan pulang inipun Sunan Palang Santikawara berkali-kali juga mengadakan pertunjukan wayang di daerah-daerah yang dilewatinya. Pertama untuk memberi hiburan kepada warga sekitar dan yang kedua beliau sempat berdakwah sekaligus mengajarkan tata kehidupan yang baik dalam hal menciptakan kedamaian hidup bersama. Dengan demikian perjalanan pulang ini justru memakan waktu yang sangat lama karena di suatu daerah rombongan itu bisa singgah antara satu sampai dua minggu untuk persiapan pentas wayangnya.

“Waspadalah, di sini kayaknya ada orang berilmu tinggi”, kata Panji Saprang si tukang kendang yang juga prajurit kepercayaan Sunan Palang Santikawara menyampaikan sasmita yang diterimanya dalam mimpinya semalam.

“Ya. Di sini Tanah Perdikan Menoreh. Daerah terjauh yang termasuk wilayah Kerajaan Demak”, jawab Sunan Palang Santikawara tidak cemas. Baginya prajurit-prajurit Demak yang trampil berperang dan berilmu tinggi kebanyakan berada di pusat Kerajaan bukan di daerah terpencil begini. Kalaupun ada itu termasuk prajurit Demak dengan kedudukan rendah dan ilmu kanuragan dikuasainyapun tentu masih dalam tataran wajar-wajar saja.

Malam harinya pas bulan purnama di musim kemarau, langit bersih, berjuta bintang bertaburan di langit biru, blencong dinyalakan, dan lampu-lampu minyak juga sudah di nyalakan di seputar panggung pertunjukan. Panji Saprang menghentak kendangnya memimpin wiyaga yang lain untuk bersama-sama menabuh gamelan, keras suaranya, berirama rancak. Makin malam penonton makin banyak yang berdatangan apalagi lakon yang dimainkan Barayuda sungguh membuat malam yang biasanya sepi menjadi ramai riuh, gayeng, dan semarak.

Sambil memainkan kendangnya Panji Saprang menyiapkan kemampuan batinnya ketika merasakan ada serangan dari pihak lain yang tidak kasat mata. Serangan itu mengarah ke ulu hatinya, rasanya seperti akan meremas jantungnya. Masih terus sambil memainkan kendang Panji Saprang menyalurkan kekuatan batinnya ke kedua lengannya, turun ke telapak tangannya, dan siap dihentakkan.

Sementara itu, seseorang bertubuh agak gemuk berkepala botak duduk bersila di bawah pohon Nagasari tak jauh dari panggung pertunjukan wayang. Dia memusatkan nalar budinya, berkonsentrasi penuh, dan mencoba perlahan-lahan menyerang dada Panji Saprang dengan ilmu batinnya.

“Aauuuhh….”! tiba-tiba orang berkepala botak itu berteriak kesakitan bersamaan dengan suara kendang yang dihentak begitu kerasnya oleh Panji Saprang dari atas panggung pertunjukan wayang. Mendengar teriakan kesakitan yang sedemikian kerasnya tadi para penonton menoleh. Si Botak jatuh berkelonjotan sambil memegangi dadanya dimana tulang-tulang iganya remuk. Orang-orang tadi bingung, panik, dan tidak tahu bagaimana harus menolongnya. Lebih heran lagi diantara penonton yang rata-rata warga kampung sekitar tidak ada yang menetahui siapa sebenarnya si Botak yang jadi korban pembunuhan tadi. Siapakah yang membunuhnya?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X