PERSETERUAN PB I DENGAN AMANGKURAT III (1) - Kurang Percaya Diri Tanpa Pusaka Ageng

photo author
- Senin, 3 Juni 2019 | 20:48 WIB

-

KEBERADAAN sebuah pusaka memang diperlukan bagi seorang raja yang naik tahta, sebagai legitimasi atas kekusaannya. Pangeran Puger yang menobatkan dirinya sebagai Paku Buwono I, ternyata kurang percaya diri tanpa danya pusaka ageng atau pusaka piyandel. Karena itu juga sebagai bukti, bahwa dirinya betul-betul memperoleh wahyu keraton untuk duduk di kursi singgasana Kartasura. Lantas bagaimana upayanya untuk mendapatkan legitimasi pusaka ageng tersebut ?

Dalam Babad Tanah Jawi diceriterakan, Paku Buwono I lantas meminta bantuan Kumpeni VOC untuk mengembalikan beberapa pusaka keraton Kartasura, yang dibawa Amangkurat III dalam pengasingannya di Sri Lanka.

Tak kuat menghadapi gempuran Paku Buwono I yang dibantu VOC, Amangkurat III yang dikenal raja zalim itu kabur dari istana. Kaburnya Amangkurat III diduga membawa semua pusaka-pusaka keraton, karena ternyata gedhong pusaka sudah kosong melompong. Amangkurat III melarikan diri ke arah ke timur, bergabung dengan Untung Surapati yang juga musuh bebuyutan Kumpeni VOC.

Perlawanan Untung Surapati dan Amangkurat III membuat pasukan Kumpeni dan VOC kewalahan, namun dengan segala upaya dan beaya yang tiak sedikit akhirnya Amangkurat III berhasil ditangkap. Diceriterakan, penangkapan Amangkurat III baru berhasil hampir tiga tahun dengan beaya banyak dan korban pasukan Kumpeni yang tidak sedikit juga. Meskipun sudah ditangkap, namun berkali-kali Paku Buwono I atas bantuan VOC belum berhasil meminta kembali beberapa pusaka yang dibawa lari Amangkurat III.

Bahkan dalam suratnya kepda VOC, Amangkurat III meminta ampunan dan akan menyerah apabila diperbolehkan untuk memerintah sebagian Pulau Jawa. Kalau tidak diizinkan maka ia mengancam, akan memusnahkan seluruh pusaka-puaka keraton yang dibawa lari. Padahal pada waktu itu Paku Buwono I hanya menuntut 3 buah pusaka ageng, yakni tombak Kyai Baru, jas Kyai Gundhil dan keris Kyai Balabar.
Amangkurat III berjanji, semua itu akan diserahkan nanti kalau sudah sampai Surabaya. Namun ternyata Amangkurat III ingkar janji, tak sebuah pusaka pun diserahkan baik kepada Paku Buwono I maupun VOC. Amangkurt III kemudian dibawa ke Batavia, selanjutnya dibuang ke Sri Lanka. Ternyata pusaka-pusaka keraton itu memang dibawa oleh Amangkurat III ke Batavia sebagai tawanan Kumpeni VOC.

Paku Buwono I tidak peduli dengan pindahnya pusaka-pusaka itu k Batavia, karena menurutnya masih punya dua pusaka ampuh yakni Makam Kadilangu yakni makam Sunan Kalijaga dan Masjid Demak.

Ketika berada di Batavia, Amangkurat III mengatakan kepada VOC bahwa pusaka-puaka itu benar berada di tempatnya. Tentu saja VOC sangat murka dan memaksa untuk menyerahkan kembali pusaka-pusaka tersebut, sebelum diberangkatkan ke Sri Lanka. Amangkurat III protes keras, karena sudah dijanjikan oleh VOC untuk tetap tinggal di Jawa dan diizinkan untuk memiliki pusaka-pusaka ageng tersebut kalau ia menyerah pada VOC.(Ki Sabdo Dadi)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X