“Alhamdulilah aku pikir aku akan menjadi satu-satunya penghuni di asrama.”
“Sementara waktu kita tidak boleh tidur satu kamar, jadi kau menempati kamar Arin."
Awalnya Lastri ragu menempati kamar Arin.
Lastri harus melewati lorong terlebih dahulu dan letaknya lumayan jauh dari kamar Nur.
Lastri pun membersihkan kamar Arin yang diselimuti debu juga kecoa yang berlarian.
Selain bentuknya yang tak lagi indah, Lastri pun mencium bau aneh.
Lastri yang nampak kelelahan tidak menghiraukannya. Selepas Isya Lastri pun tertidur dengan pulasnya.
Tepat tengah malam Lastri tiba-tiba terbangun, seoalah ada yang menyentuh kakinya.
Tiba-tiba saja buluk kuduk bergidik. Terdengar langkah kaki di depan pintu kamarnya.
Sudah dapat dipastikan bukanlah Nur, mana mungkin ia berani keluar kamar.
Semerbak aroma bunga melati mulai tercium dari dalam kamarnya. Suara kegaduhan pun terdengar dari lantai dua.
Suara bola basket di benturkan ke dinding terdengar berulang-ulang.
Lastri mencoba memejamkan mata namun ketakutannya justru membuatnya tidak bisa tidur.