Orang tersebut berujar, jika dia baru saja melihat sesosok lelaki gagah perlente masuk rumah Bu Gianti.
Dan janda itu memapahnya masuk rumah dengan mesra.
“Terus terang, Par. Ibumu akan kami gropyok. Tidak hanya sekali ini saja dia berbuat seperti itu”, ujar orang tersebut.
“Jangan, Pak! Akan saya selesaikan sendiri perkara ini. Percaya saja pada saya, Pak”, jawab Pargino tegas.
Pargino bergegas pulang. Sebelum masuk rumah, dia mengambil potongan kayu sepanjang satu meter.
Dengan mengendap- endap, melalui pintu belakang Pargino masuk rumah.
Sampai di ruang tengah, dia menyaksikan sendiri, Ibunya sedang bermesraan dengan lelaki perlente.
Persis seperti yang dikatakan orang berkerumun di depan rumah Pak Erte.
Dengan emosi yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubunnya, tanpa ba...bi...bu...potongan kayu sepanjang satu meter itu dia pukulkan ke kepala lelaki di samping Ibunya.
Thas! Darah segar muncrat dari kepala lelaki itu.
Namun dalam hitungan detik, sosok lelaki di samping Ibunya tersebut hilang dari pandangan mata Pargino.
“Ya ampun, Pargino. Ketahuilah, dia itu adalah Bapakmu yang mengukir jiwa ragamu”, teriak Bu Gianti sembari menangis sejadi- jadinya. - Nama samaran - (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *