Jantungnya berdegup ketika kepala rekannya menengok ke arahnya dengan tatapan kosong dan tersenyum.
Pyar! Pyar! Pyar!
Suara kaca pecah berkali-kali menghampiri Fauzi.
Dirinya terkejut dan tidak melihat pak Aji duduk di depan pandangannya.
Lampu dapur mati dan ditepuk-tepuk pundaknya oleh seseorang, terasa ada yang memanggil.
“Mas! Mas! Ayo pulang Mas, udah jam sebelas malam.”
Suara pak Aji membangunkan Fauzi yang terlelap di meja kerjanya.
Fauzi cukup terkejut dan dilihatnya pula rekan yang lain tengah berkemas-kemas untuk pulang.
Kantor masih ramai dan angin tidak seganas apa yang ada diingatannya.
Dirinya bergegas turut mengemas dan pulang dengan rekan-rekannya.
Pak Aji kebingungan dengan sikap Fauzi yang seperti terburu-buru.
“Mas? Kayaknya lembur sampai jam segini udah bikin kita lelah ya. Besok biar pak direktur ngasih tugasnya enggak mendadak lagi. Mana deadlinenya besok pagi.” Terang pak Aji.
Fauzi mengangguk dan mulai tersenyum, mimpinya begitu nyata dan mulai memudar.