Bakul bakmi tersebut ternyata sudah pergi. Padahal Sumat belum membayar.
“Ah, nanti kan kembali”, gumam Sumat.
Terbawa perut kosong Sumat dengan sendok segera menyeruput kuah bakmi godog istimewa tersebut.
Beberapa teguk masuk ke dalam perutnya.
“Lho, kok begini rasanya? Jangan-jangan, penjual bakmi tadi bukan Kang Dum?”, ujar Sumat dalam hati.
Begitu beberapa teguk kuah bakmi masuk ke perutnya, kepala Sumat serasa berputar.
Nggliyer. Dan tiba- tiba jatuh tidak sadarkan diri.
Untung, Kamdi, teman kosnya, segera datang. Kaget mendapati Sumat tergolek di lantai.
Diblonyo minyak angin, Sumat sadar kembali.
Begitu sadar, Sumat teringat akan bakmi godognya. Masih teronggok utuh di meja.
“Hah?!”, teriaknya. Melihat bakmi godog istimewa tersebut Sumat bergidik. Ingin muntah.'
Warna mienya bukan kuning atau putih. Melainkan hitam. Terdapat bulu- bulu halus di mie tersebut.
Dia amati lebih teliti, ternyata itu bukan mie, tetapi...potongan- potongan ekor tikus.