Dijawab oleh Mbok Truno, jika kelapa yang dibutuhkan masih kurang empat biji.
Tanpa diminta Yu Tumini pun menyingsingkan rok bawahnya.
Ibu- ibu yang lain pada ndomblong melihat ulah yu Tumini.
Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan Yu Tumini. Klepat. Perempuan itu melangkah menuju sebuah pohon kelapa.
Dengan sangat trampil dan cekatan, clingkrik...clingkrik...clingkrik...Yu Tumini memanjat pohon kelapa setinggi duapuluh meter.
Tidak berapa lama, bluk...bluk...bluk...bluk..!
Empat butir kelapa jatuh ke tanah. Dan Yu Tumini pun dengan santai turun dari atas pohon kelapa yang dipanjatnya.
Mbok Truno lega. Masalah kekurangan kelapa sudah teratasi.
Sejak itu warga dusun Mertigan pada percaya, jika Yu Tumini adalah keturunan gendruwo.
Sejak kecil dia sangat terampil dalam hal panjat- memanjat pohon.
Termasuk memanjat pohon kelapa yang menjulang tinggi.
“Yang ngajari aku pandai memanjat pohon adalah Bapakku”, ujar Yu Tumini setiap ada yang menanyakan perihal kepiawaiannya memanjat pohon.
Tidak rikuh dan tidak malu dia menyebut dirinya anak...gendruwo. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *