Pak Karto alot tak bersedia kalau anak mbarep-nya harus diambil.
Terjadi perdebatan alot.
Baca Juga: Pengalaman horor, siapa perempuan memakai jilbab yang menyapu lantai dekat kamar mandi?
Bahkan, Pak Karto sempat mengeluarkan pedang dari kamarnya.
Sosok yang datang itu hanya bisa dilihat Pak Karto. Istrinya tidak bisa melihat.
Setelah pertarungan sengit, Pak Karto akhirnya bersedia asal yang diambil adalah anak nomor dua.
Saat itu usianya belum genap dua tahun.
Memang anak nomor dua meninggal dunia tak lama kemudian.
Dalam perjalanan waktu, dari kesepuluh anaknya ternyata yang meninggal lagi adalah anak nomor enam, tujuh, dan sembilan.
Uniknya, semua yang meninggal itu belum genap berumur dua tahun.
Baca Juga: Misteri wisata di Pantai Selatan, parkir mobil di atas batu angker, maka hal aneh pun terjadi
Pak Karto kini sudah meninggal dunia.
Saat petinya hendak diangkat dan dibawa ke pemakaman, lantai ubin di bawah peti retak-retak.
Selain itu, genteng rumahnya tiba-tiba pecah.
Kata orang-orang, ‘ilmu’-nya lenyap seiring kematiannya. (Seperti dikisahkan Hendra Sugiantoro di Koran Merapi) *