Dalam situasi yang dihadapi kala itu, menyerah begitu saja sama hanya mati konyol karena Alex dan Gagah masih memiliki tenaga untuk berusaha bertahan hidup serta mencari bantuan.
“Tidak masuk di akal saya, kalau tidak ada sebab apa pun, bagi saya itu bunuh diri, kecuali kondisinya sudah tidak bisa apa-apa,” ungkapnya.
Baca Juga: Kejadian Horor Pendaki Gunung Slamet Hanya Bermodal Nekat, Diganggu Manusia Kerdil
“Selama manusia bisa berusaha, dia harus berusaha,” tegasnya.
Keduanya terus berdebat, hingga Alex mengambil keputusan, dia yang turun mencari bantuan dengan catatan, Gagah mau memakan apapun yang ada di alam, selama ia menunggu Iqbal.
“Mengapa demikian, karena sejak hari ke-2 tersesat, bekal kentang rebus habis, dan Gagah tidak makan apapun hingga Iqbal terjatuh pada hari ke-5,” terangnya.
Namun, kemudian Gagah menolak, justru ia menawarkan diri turun mencari bantuan.
“Dia juga memberi catatan, jika di bawah menemukan jurang yang tidak bisa dituruni atau kemampuannya habis, Gagah akan kembali ke tempat saya dan Iqbal, lalu kita menunggu kematian bersama,” kata Alex.
Alex pun mengiyakan, ia tahu bahwa menunggu juga pilihan sulit, karena selain merawat Iqbal, juga harus melindungi dari anjing hutan yang sewaktu-waktu bisa menyerang.
“Sebelum Gagah pergi, tubuh Iqbal dipindah ke tepi sungai, dan kami membuat bivak,” ucapnya.
Alex menunggu Iqbal, yang kondisinya semakin memburuk.
Ia menunggu selama 4 hari, dan bantuan tidak kunjung datang..
Iqbal Latif pun, meninggal dunia.***