harianmerapi.com - Orang dulu percaya ada ajian dengan berbagai manfaat, seperti kebal dan untuk kesaiktian.
Namun ada satu pusaka yang jika dipakai bisa tidak dilihat orang lain alias menghilang. Pusaka itu bentukanya kalung benang lawe.
Kala itu disaat usianya menginjak delapanbelas tahun, Mas Nung (bukan nama sebenarnya) menerima warisan dari Eyang.
Bukan berupa tanah atau rumah, namun seutas tali dari benang lawe, seperti sumbu kompor minyak.
Panjangnya satu setengah meter dan besarnya sejempol kaki orang dewasa. Karena tidak tahu ikhwal tali lawe tersebut, Mas Nung sowan Pakdenya.
Kata Pakdenya, seutas tali tersebut adalah sebuah pusaka, sebagai aji panglimunan. Jika dikalungkan di leher dan didahului dengan mengucapkan sebuah mantram, orang lain tidak bisa melihat dirinya.
Tak hanya itu, orang yang dilihat, tampak seperti kondisi ketika dilahirkan, nglegena alias telanjang bulat tanpa busana.
Mas Nung, orang muda lugu dan tidak suka neka-neka itu tidak percaya akan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti yang dikatakan Pakdenya. Namun, tak urung dia pun ingin membuktikan juga.
Sore itu Mas Nung masuk ke kamarnya. Dibacalah mantram sesuai petunjuk. Pusaka tali benang lawe segera dikalungkan di lehernya, lalu keluar kamar.
“Lho…?!” ucapnya kaget. Bapak, Ibu dan kedua adik perempuannya yang sedang bercengkerama di ruang tamu, semuanya kok… ada bugil?!"
Tubuhnya tampak polos tanpa tertutup sehelai benang pun. Persis seperti kondisi saat dilahirkan. Anehnya, mereka tidak bereaksi atas kedatangan Mas Nung.
Baca Juga: Perjuangkan Hak, Konsumen Jogja Apartemen Kembali Ajukan Gugatan Intervensi ke PN Jogja
“Jadi mereka tidak melihat aku?” ujar Mas Nung dalam hati.