harianmerapi.com - Cerita misteri perjalanan roh dialami Miranda, yang tiba-tiba kedatangan pamannya memberikan sebuah kain taplak namun kemudian menghilang.
Suasana rumah menjadi sedikit asing, seketika keadaan menjadi hening dan hawa dingin terasa menjalar di sekujur tubuh Miranda.
“Nduk, pamanmu rene (kesini) ngapain?”
Seketika Miranda dibuat terkejut oleh pertanyaan ibunya yang terdengar secara tiba-tiba.
Baca Juga: Misteri Perjalanan Roh 1: Dengan Wajah Pucat Paman Datang Malam Hari Memberikan Taplak
Miranda yang tersadar lantas tersenyum, lalu menggeleng. "Beliau memberikan taplak ini, Mbok." Ucapnya sembari menunjukkan taplak pemberian pamannya.
Simbok lantas memasangnya pada meja ruang tamu tanpa banyak tanya. Selepas itu, Miranda beranjak pergi dari ruangan tersebut membawa perasaan yang terasa sedikit berbeda.
Di malam hari, sudah menjadi pemandangan umum jika Simbok dan Miranda tidak pernah tidur di kamar. Ruang tamu masih menjadi tempat favoritnya untuk tidur.
Namun, entah mengapa di hari itu rasa gelisah tiba-tiba memenuhi dada Miranda. Matanya terus-terusan terbuka, hingga tepat pukul 2 pagi Miranda baru saja memejamkan matanya.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 28: Saat Hidup Disia-siakan, Merasa Kehilangan Setelah Orangnya Meninggal
Baru saja tertidur, Miranda tiba-tiba dikejutkan dengan mimpi bersama pamannya sore tadi. Kejadian yang serupa seolah terulang kembali.
Pamannya yang memberikan taplak meja lalu pamit begitu saja, pun raut wajahnya yang pucat teringat dengan sangat jelas dalam ingatan Miranda.
Atmosfer ruang tamu berubah mencekam, perasaanya mulai tidak karuan, aroma melati bahkan mulai tercium di sana-sini.
Dengan sigap Miranda membuka mata, tatapannya mengarah ke taplak hijau yang digelar simbok sore tadi.
Pandangannya kosong, setengah sadar ia melihat jam dinding yang terus berputar.
Baca Juga: Miedes Bu Mantan Varian Buah dan Sayur Khas Pundong Bantul, Inovasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19
Sesekali Miranda memandangi taplak meja yang digelar tepat di samping sofa tempat simbok tidur, Miranda berulang kali berfikir motif apa yang terdapat dalam taplak tersebut.