Seperti biasanya Kyai saat pulang memimpin doa, ia pun diberi berkat dari besek yang berisi berbagi jenis makanan sebagi bentuk penghormatan bagi Kyai.
Kang Sahrul segera menhidupkan mobilnya serta memacu mobilnya ke arah jalan raya. Setelah berjalan kurang lebih setengah jam mereka memasuki kampung, mereka baru merasa ada yang ganjil dari peristiwa yang mereka alami baru saja.
“Kyai ! bukannya itu tugu desa,” Tiba-tiba kang sahru membuka pembicaraan.
“Ya benar itu tugu batas desa! Apa ada yang aneh Rul !” jawab Kyai. (Seperti dikisahkan Fatkhan di Koran Merapi) *