harianmerapi.com - Ibu pemilik kamar kos tersenyum. "Karo mbakyu ku le. Wong tuwo seng sering kowe weruhi iku, mbakku. Mau isuk wonge tekan nyang mimpiku, jarene kangen. Mulakno aku sambang mrene. Mbiyen kamar e neng kene.."
(Dengan saudara tua ku nak. Orang tua yang sering kamu lihat, itu kakak atau saudara tua. Tadi pagi, dia datang dalam mimpiku, katanya kangen. Makanya, aku kemari. Dulu kamarnya disini..)
"Ora usah wedi mbakku ora bakalan ngelarani menungso, pokok bukan keturunan e nippon" (Gak usah takut dengan mbakku, dia gak akan menyakiti manusia. Selama dia bukan keturunan orang Jepang), tambah wanita tua pemilik kamar kos itu.
Baca Juga: Misteri Wanita Tua Penghuni Kamar Kos 1: Meski Sudah Tua, Namun Masih Terlihat Sehat
"Owh.. ngoten nggeh mbah. Lha teng nopo kok mboten remen kaleh tiyang nippon..?" (Owh iya mbah. Alasannya apa mbah, kok tidak suka dengan orang Jepang). Tanyanya agak penasaran.
"Mbiyen matine goro - goro di bedil nippon" (Dulu matinya karena ditembah orang Jepang) jawab ibu pemilik indekos.
"Ah yo weslah, ndang istirahat kono le, wes wengi. Gak usah wedi, mbakyuku orang bakalan ngelarani kowe.." (Ya sudahlah, udah malam cepat istirahat nak. Jangan takut, mbakku gak akan menyakitimu) pesan ibu pemilik indekos.
Setelah ibu pemilik kamar kos pergi, ia masuk kedalam kamar.
Baca Juga: Misteri Wanita Tua Penghuni Kamar Kos 2: Foto di Hape Hasil Selfi Tidak Bisa Dihapus
"Mbah..." ia tersentak kaget, saat melihat wanita tua duduk di kursi meja rias, sambil menyisir rambut.
"Pantas wajah mereka mirip, ternyata saudara.." batinnya.
Selama enam bulan menghuni kamar kos bersama dengan mahluk tak kasat mata. Membuatnya sadar bahwa di dunia ini tak hanya dihuni oleh manusia saja, namun banyak mahluk yang menghuninya.
Entah mahluk nyata atau tak kasat mata. Dari penuturan ibu pemilik indekos, mbakyunya dulu meninggal karena ditembak oleh tentara Jepang. Dia dan keluarga merupakan keturunan campuran antara orang Indonesia dan Belanda.
Ayahnya orang Belanda, dan ibunya orang Indonesia. Belanda menguasai tanah nusantara sudah sangat lama. Banyak anak yang lahir dari keturunan campuran, seperti ibu indekos dan mbakyunya.
Baca Juga: Enam Pilar Kebahagiaan Berkeluarga, Salah Satunya Menciptakan Kehidupan Beragama
Pada tahun 1942, Jepang datang ke Indonesia. Saat itulah, ketenangan Belanda mulai terusik akan kehadiran Jepang. Warga blesteran pun merasa sewaktu - waktu, Jepang bisa mengambil kekuasaan.