DARI mulut Yu Nah warga jadi tahu, jika Bu Karemi (keduanya nama samaran), janda paroh baya itu, punya nafsu syahwat yang berlebih. Hal itu pulalah yang menjadikan rumah tangga Bu Karemi kandas sampai dua kali. Kesukaannya adalah meladeni para pria hidung belang, hanya demi memenuhi nafsunya.
Tidak merasa jengah Bu Karemi sering membuka “rahasia perusahaan”- nya kepada Yu Nah, pembantu setianya. Dan dengan tanpa beban, pembantu tersebut kemudian mengumbar kisah majikannya kepada siapa saja yang ditemuinya.
Diceritakan Yu Nah, kala itu Bu Karemi keluar dari sebuah toko. Tiba-tiba seorang lelaki sepuh namun masih nampak sehat menyapa dan menawarkan jasanya.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 26: Istri Pertama Meninggalkan Warisan Melimpah
“Yuk pulang bareng aku. Aku juga mau ke Barat,” ujarnya.
Tanpa banyak pertimbangan, Bu Karemi tidak menolak tawaran itu. “Daripada ngojek keluar uang,” begitu kilahnya dalam hati.
Tidak ada rasa sungkan lelaki sepuh itu menggandeng tangan Bu Karemi menuju sebuah mobil.
Baca Juga: Saparan Merti Dusun Krandegan 5: Kesenian Rakyat Sandul Sunti Masih Lestari
Bukan mengarah ke Barat, ternyata mobil itu melaju ke arah Utara. Namun begitu Bu Karemi tidak bereaksi. Malah tampak berseri-seri. Sampai di sebuah objek wisata di kawasan berhawa sejuk, mobil berhenti di plataran sebuah penginapan.
Sebagai perempuan yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, Bu Karemi faham akan maksud semua itu. Layaknya pasangan suami istri, lelaki sepuh tersebut memeluk pinggang Bu Karemi. Melangkah menuju sebuah kamar di penginapan itu.
“Dengan siapa pun aku hepi-hepi saja. Yang muda, yang tua tak masalah. Yang penting perkasa,” begitu kilah Bu Karemi ketika keduanya telah berbaring di atas satu ranjang.
Baca Juga: Tak Ada Kata Terlambat untuk Kebaikan
Pura-pura merasa risih, Bu Karemi memiringkan tubuhnya, membelakangi lelaki sepuh itu. Dia berharap lelaki itu segera eksyen. Namun yang didapat hanya rasa kesal.
Ditunggu sampai dua jam, lelaki di sampingnya tak juga bereaksi. Tiba-tiba lelaki sepuh tersebut duduk timpuh, kepalanya menunduk dan berujar lirih.
“Jujur. Aku ini sudah uzur. Usiaku sudah lebih duaratus tahun. Keinginanku masih menggebu. Tapi aku sudah tidak mampu...” Selesai berkata begitu, lelaki tua itu hilang dari pandangan Bu Karemi. Langsung bulu kuduk Bu Karemi merinding.