“Pagi. Kabar baik, Om. Sudah selesai novelnya, Om?”
Sekarang, gantian Herman yang mengetik.
“Sudah,” tulis Herman.
“Novel tentang apa, Om?”
“Tentang seorang lelaki paruh baya yang merindukan anak,” tulis Herman.
“Apakah itu cerita tentang Om Herman sendiri?”
“Tidak sepenuhnya, Poppy. Om masih muda, sedangkan tokoh dalam novel itu sudah paruh baya,” tulis Herman.
“Tetapi, Om Herman ingin punya anak juga, kan?”
Herman tertegun. Menatap layar laptop beberapa saat. Setelah menghela napas, Herman mengetik lagi.
“Begitulah, Poppy. Om ingin sekali punya anak,” tulis Herman.
“Bagaimana kalau Poppy jadi anak Om Herman saja?”
Herman kembali tertegun. Angin berkesiur sekali, membelai wajah Herman.
“Kau serius, Poppy?” tulis Herman.
“Ya, Papa Herman. Poppy serius.”
“Baiklah, Poppy. Terima kasih kau mau menjadi anak saya,” tulis Herman.