Mencari selamat, musang itu ‘ndlesep’ masuk ke semak belukar di pinggir selokan di tepi areal pesawahan.
Kehilangan jejak, Lik Tupar hanya bisa celingak- celinguk.
Lalu mengeluarkan sentolop kecil yang ada di dalam kantung celananya.
Sentolop dia celorotkan ke kanan ke kiri.
Tidak ada sesuatu yang tampak, kecuali hanya gerumbulan semak belukar setinggi perut orang dewasa.
Hah?! Kira- kira sepuluh meter dari tempatnya berdiri, Lik Tupar melihat semak belukar itu bergerak- gerak.
Padahal tidak ada angin sedikit pun.
“Aneh. Kenapa semak belukar itu bisa bergoyang- goyang?”, pikir Lik Tupar dalam hati.
Gandrik! Lik Tupar kaget bukan main.
Dari tengah semak belukar yang bergoyang- goyang, dia melihat musang yang tadi dia kejar, muncul keluar.
Sinar matanya yang kemerahan, musang itu memandang tajam ke arahnya.
Dengan kaki depan yang seakan berkacak pinggang, musang tersebut seperti menantangnya:
“Tangkaplah aku, kalau berani!”.