HARIAN MERAPI - Kisah pengalaman misteri yang dialami Kang Badrun saat berziarah.
Sebagaimana kebisaan ia juga ngupil di tempat makam leluhur tersebut. Lantas apa yang terjadi?
Pekerjaam di kala nganggur yang cukup mengasyikkan adalah mencari upil alias kotoran dalam lubang hidung.
Begitupun halnya dengan Kang Badrun, ketika berziarah ke makam pepunden tiba-tiba hujan turun lebat sekali.
Waktu itu hampir tengah malam, selesai berdoa dan menyampaikan ujub sekalian memberikan setempel kembang menyan kepada simbah juru kunci,
Kang Badrun keluar dari kompleks makam dan duduk santai di teras depan makam bersama peziarah lain.
Daripada ngelangut, Kang Badrun uthak-uthek mencari upil.
Jika sudah mendapat secuwil upil yang nyangkut di ujung jarinya, diam-diam Kang Badrun menempelkannya di umpak batu ganjal tiang saka tempat dia duduk menyandarkan punggungnya.
Gandrik.... Kang Badrun njenggirat kaget, mendadak ada priyayi sepuh mengenakan surjan hitam berdiri di depannya.
“Lerena anggonmu ngupil! Simpen lan rawat upil gajah sing nang nggon sakmu!” kata orang itu lalu lap menghilang dari pandangan mata.
Ketika Kang Badrun merogoh saku jaketnya ada sebongkah benda, empuk-empuk agak pliket sedikit.
Inikah Upil Gajah itu? Kang Badrun tidak berani mengambilnya, dibiarkannya berada dalam saku jaketnya.
“Mas, mas, Sampeyan tahu tidak siapa priyayi sepuh yang ngrawuhi saya tadi?” tanya Kang Badrun kepada salah satu peziarah yang duduk di sampingnya.