Pada malam ketiga tiba- tiba datang merayap dengan cepat seekor kelabang besar sepanjang kayu penggaris.
Bergidik dan menahan rasa geli, Sular dirambati binatang tersebut.
Benar juga. Kelabang besar tersebut lalu melingkar di lehernya. Selanjutnya, nggleler, pergi entah kemana.
Baca Juga: Pengalaman misteri Tarziono, anak indigo yang masih ABG, melihat eksekusi hukum pancung di Alun alun Utara
Dengan hati berbunga- bunga Sular menemui Mbah Dukun dan memberitahukan kejadian yang dialami.
“Selamat. Aku ikut gembira”, ujar Mbah Dukun sambil menepuk- nepuk bahu Sular.
Saking yakinnya, Sular menambah lagi taruhannya. Uang yang masih tersisa dipertaruhkan semua.
“Horeee...aku akan menjadi orang kaya”, serunya dalam hati.
Hari pembukaan tiba. Sejak pagi, bangun tidur, Sular sudah jogetan.
Membayangkan bahwa mulai nanti malam dia akan menjadi orang kaya. Bahkan terkaya di kotanya.
Baca Juga: Kisah kembang desa Gunung Penanggungan, ditinggal pergi prajurit Majapahit saat hamil, dianggap mencemarkan
Malam menunjukkan jam delapan. Acara pembukaan undianpun tiba.
Nomor yang diyakini akan keluar, ternyata tidak muncul alias blong. Tidak nembus.
Dengan langkah gontai dia kembali menemui Mbah Dukun.
Setelah puas mengumpat- umpat Mbah Dukun, Sular pun pergi tanpa tujuan.
Beberapa waktu kemudian, tetangganya ada yang melihat Sular berada di Pasar Gede, Solo. Bukan menjadi pedagang, tetapi pengemis. - Semua nama samaran (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *