Kami berhenti sejenak sebelum ke pantai, aku berdoa dalam hati semoga tidak terjadi apa-apa.
Setelah sampai bibir pantai, sesekali ombak menyambut sampai ke kaki.
Kami diam seribu bahasa karena kami punya misi yang berbeda.
Bau harum dupa semakin menyengat malam ini karena banyak yang melakukan ritual.
Tetap sambil berdiri aku pandang langit yang gelap dan terus berdoa dalam kepasrahan pada Tuhan.
Aku meminta keadilan pada Tuhan atas diriku. Kupejamkan mataku.
Ombak semakin ganas tapi kami tidak bergeser sedikitpun.
Seperti ada yang memerintahkan untuk membuka mata aku melihat cahaya putih di tengah laut dan meluncur ke arah kami.
Aku tahan napas dan terus berdoa. Cahaya itu tepat jatuh di depanku.
Karena penasaran aku coba ambil dan anehnya, cahaya itu tidak berbentuk padat tapi bisa dipegang.
Cahaya itu tak lebih besar dari biji kedelai namun bersinar terang.
"Apa itu?" tanya temanku.
"Entahlah," jawabku