DALAM pergaulan di kantor, Pak Tarjo dikenal kurang begitu akrab dengan teman-temannya. Dia suka menyendiri dan terkesan malas. Pasalnya, saat tidak ada pekerjaan lebih banyak tidur di tempat yang agak tersembunyi.
Namun berbeda halnya jika berada di lingkungan tempat tinggal. Tarjo dikenal suka bergaul dan aktif dalam berbagai kegiatan kampung. Sayangnya, di antara kegiatan itu yang paling menonjol adalah berjudi. Benar, Tarjo dikenal gila judi bersama sebagian teman-temannya di kampung. Selain memakai taruhan, kegiatan judi itu juga dilakukan hampir setiap malam.
Mungkin karena itu pula, yang menyebabkan stamina Tarjo menurun saat siang hari sehingga berdampak pada kinerja yang menurun di kantor. Alhasil, kariernya tidak pernah berkembang dan cenderung kurang disenangi oleh rekan-rekannya sendiri.
Bagi Tarjo hal itu tak dihiraukannya. Ia lebih berat menyalurkan kesenangannya untuk berjudi, ketimbang memikirkan karir di kantor. Begitu pula dalam urusan rumah tangga, Tarjo acap kali bertengkar dengan istrinya, gara-gara uang belanja habis di meja judi.
Baca Juga: Al Ghifari Dapat Bantuan Tabungan:Terima Kasih Pak Presiden Jokowi, Semoga Sehat Selalu
"Ibu harusnya bisa mengelola uang yang ada agar cukup untuk makan sebulan," kata Tarjo marah-marah.
"Bagaimana cukup Pak, harga-harga makin hari makin mahal sementara uang belanja dari tahun ke tahu tidak pernah ditambah," jawab Bu Tarjo kesal.
Pada awalnya, Tarjo sebenarnya suami yang baik dan tanggung jawab. Setiap gajian selalu berdiskusi dengan istrinya, tentang kebutuhan apa saja yang diperlukan. Mereka lantas membuat semacam anggaran agar semua tercukupi sampai akhir bulan. Begitu pula di kantor, kinerja Tarjo sempat dipuji oleh atasannya, bahkan sempat dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan gaji yang lebih besar pula.
Bersamaan dengan itu, dalam pergaulan di kampung Tarjo juga tidak pernah absen. Sayangnya, di antara aktivitas positif di kampung, ternyata diikuti pula dengan kegiatan yang kurang baik. Seringnya mereka kumpul-kumpul, akhirnya tak terasa terlibat dalam permainan judi.
Baca Juga: Tegas Tegakkan Aturan PPKM, Satpol PP Tak Bisa Awasi Satu Persatu Pelanggar
Semula memang hanya bermain kartu biasa, tapi karena dianggap kurang menantang, akhirnya disepakati memakai taruhan. Dari taruhan yang kecil, kemudian berkembang makin besar dan besar. Begitu pula dengan komunitasnya. Jika awalnya hanya di lingkungan sekampung, dalam waktu singkat sudah berkembang menjadi antarkampung dan bahkan lebih luas lagi.
Bagi Tarjo mungkin kesenangan ia dapatkan, tapi bagaimana dengan keluarganya? Mereka menjadi terabaikan, baik dalam hal perhatian maupun kebutuhan materi. Kesenangan berjudi jelas memberi dampak buruk, tapi masih saja tak disadari oleh mereka yang sudah telanjur kerasukan.
Sebenarnya dalam sebuah hadits Rasululah SAW sudah menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, yang artinya: "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Baca Juga: Kemenhub Gandeng Notingham University Untuk Percepat Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia
Seiring dengan bertambahnya usia, kegemaran bermain judi yang dilakukan Tarjo ternyata tidak makin surut, namun malah cenderung makin menggila. Dekat-dekat dengan judi, maka Tarjo akhirnya juga menggemari minuman keras. Tak terasa pula anak-anaknya yang dulu masih kecil-kecil dan lucu, sekarang sudah menginjak masa dewasa. Mereka tengah memasuki masa transisi menuju kedewasaan, masa-masa yang seharusnya sangat membutuhkan pendampingan dari orang tuanya.