Saat azan berkumandang, Mbok Tuo mulai sadar bahwa yang ia bantu untuk melahirkan bukan seorang perempuan melainkan sebuah batu nisan.
Batu nisan tersebut tertulis nama Kuyun yang baru saja meninggal tiga hari lalu.
Mbok Tuo sangat terkejut dan ia segera meninggalkan makam tersebut.
Jalan pulang yang ia lalui sudah seperti biasa, jembatan penyebrangan yang ada di kali Sokonilo juga sudah ada lagi seperti semula.
Setelah kejadian malam itu, pagi harinya Mbok Tuo bercerita dengan Yu Maryati, yang berprovesi sebagai tukang kembang.
Yu Maryati bercerita bahwa makam yang bernama Kuyun itu merupakan korban kebakaran.
Tiga hari sebelumnya ada sebuah kebakaran rumah di desa Blacak yang menewaskan satu keluarga.
Kebakaran terjadi saat Waris lupa mematikan tungku yang baru saja ia gunakan.
Waris tinggal bersama istrinya yang sedang hamil tua dan anaknya yang berumur lima tahun.
Waris berserta istrinya yang bernama Kuyun dan anaknya yang bernama Hadi terbakar hidup-hidup dirumahnya.
Mereka tidak bisa menyelamatkan diri, karena api dengan cepat membakar rumah.
Akibat kondisi rumah yang berbahan dasar kayu membuat api cepat merembet dan posisi rumah yang jauh dari tetangga juga mengakibatkan lambatnya pertolongan.
Kemudian simbok berpikir, bisa jadi seorang laki-laki yang datang kerumahnya saat
itu adalah Waris dan makam yang bernama Kuyun adalah istrinya.