Ia melihat seperti seekor sapi putih di bawah pohon beringin tua. Karena penasaran, Janu mendekat. Ia berpikir mungkin itu sapi orang yang lari dari kandang.
Saat hampir sangat dekat, tiba-tiba muncul kepulan asap. "Gandriiiikk", sapi itu berubah jadi hantu wedon menyeramkan.
Janu terkesiap seolah darahnya membumbung hingga ke atas kepala. Hantu wedon itu menoleh ke arah Janu.
Penampakan Wedon itu sungguh menyeramkan. Seketika Janu mematung, tak dapat berkata apa-apa. Tubuhnya membatu.
Tiba-tiba wedon itu berlari melompati pager bata. Tanpa basa-basi Janu langsung lari tunggang langgang. Naasnya, tanpa sengaja senternya terjatuh. Tapi ia tetap lari.
"Tolong…. Tolong…. Ada wedon, tolong…" teriak Janu sambil berlari
Tiba-tiba kakinya tersandung prongkalan batu bata. Saat akan berdiri, wedon itu sudah ada di depannya.
Wedon itu kemudian malih rupa menjadi hantu pocong yang menyeramkan. Janu kembali lari terbirit-birit tanpa berani menoleh ke belakang.
Akhirnya Janu sampai di rumahnya. Untung ibunya masih bangun. Ia dapat masuk ke rumah dan menceritakan kejadian yang baru dialaminya.
Ibunya tertawa seraya berkata, "Makanya kalau sudah malam, arisannya bubar, langsung pulang. Jangan malah main kartu." - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Septa Berlianto di Koran Merapi) *