harianmerapi.com - Yeni merasa terganggu dengan makhluk besar berbulu hitam yang berdiri di tengah kebun bambu tempat para makhluk halus menggelar pesta.
Kemudian Yeni menutup kedua mataku dengan tangannya, lalu mulutnya komat - kamit membaca mantra yang tidak kumengerti.
"Jangan mencarinya. Dia tidak suka dengan manusia," jawab Yeni
"Mereka sedang berpesta, tapi terlihat menyedihkan..?" tanyaku.
Yeni menepuk bahuku, "Entahlah, Na. Besok akan aku cari tahu jawabannya bersama bapak" jawab Yeni.
Keesokan harinya Yeni menepati janji. Ia mengajak bapaknya yang bernama Pak Darmo untuk mengecek kebun bambu belakang rumah.
Yeni tidak mengizinkanku untuk memasuki kebun bambu. Aku diminta untuk menunggu di dekat pintu belakang dapur. Kulihat Pak Darmo menaburi sesuatu saat mereka sedang berjalan ke dalam kebun bambu.
Pak Darmo memang paranormal. Wajar jika Yeni mampu melihat, berinteraksi dan mengusir para makhluk astral.
Siang itu, untuk pertama kalinya siang bolong terasa dingin. Hawa dingin menusuk bulu kuduk sampai merinding. Kulipatkan kedua tangan di atas perut sambil menggosok - gosok.
"Astaghfirulloh.." ucapku kaget
Di dalam kebun bambu Yeni sedang kesurupan. Berteriak - teriak sambil menangis histeris. Kulihat tangan Pak Darmo memegangi kening Yeni.
Lalu, membaca mantra yang tidak kutahu sama sekali. Pak Darmo menepuk kening Yeni sebanyak tiga kali, dan Yeni kembali sadar.
Kulihat Yeni agak tersengal - sengal dan kelelahan. Pak Darmo menyuruhnya untuk meminum air yang dibawanya. Setelah itu, Pak Darmo berbincang - bincang dengan para makhluk halus penunggu kebun bambu.