"Liq, kamu lihat Fajar tidak? Aku baru sadar, dia terpisah dari kita," kata Asmad panik.
Aliq celingak-celinguk. "Lo, di mana Fajar?"
Dengan penuh kepanikan, Aliq berteriak ke arah kanan dan kiri. Seketika itu Asmad membungkam mulutnya. "Jangan teriak sembarangan. Ini kuburan, bukan wahana permainan."
Aliq mengiyakan. Lalu, ia meminta izin pada Asmad buang air kecil. Sekarang Asmad sendirian. Ia bingung antara mencari Fajar atau menunggu Aliq.
Ia pun melihat saung di antara batu nisan. Ia duduk dan berpikir sejenak tentang hilangnya Fajar. (Seperti dikisahkan Muhammad Yusuf Shabran di Koran Merapi) *