harianmerapi.com - Kakek buyut saya semasa hidupnya tinggal di Banten. Kesehariannya adalah bertani dan berkebun.
Sore itu sehabis berkebun beliau memutuskan pulang ke rumah. Setibanya di rumah, beliau duduk di dipan bambu di dapur. Kemudian disuguhi air minum oleh istrinya.
Sudah menjadi hukum adat masyarakat terdahulu bahwa tidur sore hari adalah tabu (pamali). Celakanya, buyut saya malah tertidur di atas dipan bambu pada saat Maghrib menjelang.
Baca Juga: Rasa Khauf Kepada Allah Adalah Wajib. Bagaimana Cara Menggugah Rasa Takut Itu?
Ketika baru beberapa saat tertidur, sesosok pria asing sudah berdiri di samping dipan dan membangunkan kakek dengan menyebut-nyebut namanya.
Kakek terkejut, namun belum sempat bertanya sosok asing tersebut malah menawarkan kakek untuk menyaksikan pagelaran wayang golek di kampung sebelah.
Kakek tanpa kecurigaan, langsung mengikuti sosok asing itu keluar dari pintu dapur hingga menyusuri hutan belukar.
Namun sosok asing ini berjalan terlalu cepat sehingga meninggalkan kakek di tengah hutan. Karena tidak membawa penerangan, kakek tidakl bisa melihat dengan jelas.
Hanya terdengar suara gamelan sunda dan ternyata berasal dari balik sebuah gerbang besar nan megah di tengah hutan.
Tanpa curiga kakek masuk dan mendapati sekelompok kaum perempuan paruh baya sedang menyiapkan masakan dalam skala besar.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 1: Awal Perkenalan Dua Insan Lain Jenis yang Tidak Disengaja
Namun ketika dilihat lebih dekat... gandrik! Sekumpulan perempuan itu sedang mengiris sayuran dan bumbu dengan ukuran super jumbo.
Spontan kakek mengucapkan istighfar. "Astaghfirullah, itu bawang besar amat." Mendadak seluruh perempuan yang tengah sibuk memasak, langsung terdiam tak bergerak dan seluruhnya menatap ke arah kakek dengan pandangan murka.
Tiba-tiba saja kakek melihat semua menjadi gelap dalam sekedip mata dan di kedipan yang kedua, dirinya sudah dalam keadaan berbaring dibalut kain kafan dikelilingi tetangga dan sanak keluarga yang sedang membaca Surat Yasin dan meratapi beliau.