HARIAN MERAPI - Kisah cerita misteri cincin akik milik kakek 2, saat dijual keesokan harinya kembali lagi ke dalam cangkir.
Pucuk dicita, ulam pun tiba, batinku. Aku memang butuh uang waktu itu untuk keperluan sekolah dan kebutuhan sehari-hari membantu ibuku.
Sebenarnya aku masih ingat nasihat kakek untuk tidak menjual cincin akik pusar bumi itu. Namun, sebab didesak oleh kebutuhan, hatiku tergiur untuk pegang uang.
Baca Juga: Cerita misteri cincin akik milik kakek 1, akik pusar bumi tidak boleh dipakai saat masuk kamar mandi
Selain itu, aku memang kurang suka memakai cincin yang jenis tersebut. Bagiku akik dengan jenis tersebut tak ada nilai seninya. Tak ada kesan keindahannya.
Ya, yang menarik bagiku hanya dua jenis tadi; zamrud dan ruby. Selain memang tak ada efek yang berarti. Maka, aku pun ikhlas menjual akik pemberian kakek tersebut. Tentu, hal ini aku sembunyikan dari kakek.
“Cocok. Akik ini yang kucari dari dulu,” ujar ayah temanku usai ia memeriksa, menimang dan mencoba ke jarinya.
Aku lega. Terus terang, di otakku telah disesaki beberapa lembar uang berwarna merah. Terbayang dalam benak, keperluan sekolah segera terpenuhi dan kebutuhan sehari-hari akan terbantu.
“Mau dijual berapa?” tanyanya.
Baca Juga: Pria ini resign dari perusahaan otomotif, lalu buka warung bakso, membuat tahu bakso dan tahu walik
“Ikut harga pasaran!” jawabku singkat.
Aku yang waktu itu duduk di bangku kelas 2 SMA belum tahu harga pasaran cincin batu akik berjenis pusar bumi. Tapi, kurasa masih di atas dua ratusan.
“Aku juga kurang tahu harganya. Ini cincin pertama yang aku beli,” katanya.
Langsung saja kupasang harga Rp.500.000.
“Boleh ditawar?” tanya ayah teman ayahku.