letaknya tepat di sebelah rumah orang tuaku ini.
Kemudian cerita bibiku yang melihat daun-daun pisang patah, menandakan makhluk bernama kuntilanak sudah melewatinya.
Tempat tinggalku ini awalnya adalah kebun yang baru dibuka menjadi pemukiman, dan rumah-rumah yang dibangun juga belum terlalu banyak.
Baca Juga: Di Salatiga, Tidak Hanya ASN dan Non ASN Dapat THR, Eh Anggota DPRD pun Bakal Terima THR 2023
Kulit tanganku serta merta merinding, namun aku tidak mau mengakui kalau aku diserang rasa takut.
Aku pun berdiri dan melangkah ke kamar, memastikan lagi kalau adikku sudah tidur dan televisinya mungkin masih menyala.
Ternyata televisi di kamarku tidak menyala dan adik tertidur pulas di kasur.
Aku kembali melangkahkan kaki, kali ini ke kamar orang tuaku.
Biasanya ibu tertidur sedangkan televisinya masih menyala, namun yang kudapatkan sama seperti di kamarku, televisinya tidak menyala.
Aku melanjutkan langkah menuju dapur, di sana ada televisi dengan ukuran cukup besar, siapa tahu ayah lupa mematikannya.
Baca Juga: Rutan Bantul produksi film pendek 'Getun', cerita penyesalan seorang napi di dalam penjara
Tapi ternyata sama, televisinya tidak menyala.
“Lalu suara tawa itu milik siapa?” Aku penasaran namun kali ini enggan melangkahkan kaki keluar rumah menuju pekarangan di balik jendela ruang tamu.
Dengan gontai akhirnya aku kembali ke ruang tamu dan duduk menatap laptop.
Kuselesaikan dengan cepat pekerjaanku yang tadi tinggal sedikit.