HARIAN MERAPI - Bagian pertama cerita hidayah akibat sibuk mengejar kekayaan, sejak kecil merasa diperlakukan tidak cukup adil oleh orang tua.
Masa kecil Hartoyo (bukan nama asli) sebenarnya cukup bahagia. Ia tumbuh di tengah keluarga yang tidak kekurangan.
Sebagai pengawai negeri sipil, ayah Hartoyo mampu mencukupi semua kebutuhan dasar dalam rumah tangga. Apalagi Hartoyo hanya memiliki satu adik laki-laki, Saleh (bukan nama asli).
Baca Juga: Dakwah keluarga untuk membangun masyarakat Islami
Namun seiring dengan berkembangan usia, Hartoyo merasa dirinya diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya. Ia menganggap sang adik, lebih diperhatikan ketimbang dirinya.
Hal itu sebenarnya wajar, mengingat Saleh yang selisih lima tahun tentu lebih membutuhkan perhatian orang tua dalam hal perawatan sehari-hari.
Padahal sesungguhnya Hartoyo juga pernah merasakan kasih sayang yang sama seperti halnya adiknya.
Penilaian Hartoyo atas sikap kedua orang tuanya tersebut lebih dikarenakan rasa ego atau ananiyah yang berlebihan.
Ia tak mau berbagi dengan adiknya, sehingga sekalipun orang tua sudah mencoba bersikap adil tetap saja dianggap pilih kasih.
"Bu kenapa kok yang dibelikan mainan cuma adik?" tanya Hartoyo saat tahu adiknya dibelikan mainan.
"Lho, ini kan mainan untuk anak kecil. Dulu kamu juga pernah Ibu belikan seperti ini," jawab sang ibu.
Namun demikian jawaban sang ibu tetap tidak memuaskan hati Hartoyo. Ia merasa iri setiap kali Saleh dibelikan sesuatu, sekalipun ia dulu saat seusia adiknya juga pernah dibelikan.
Baca Juga: Balap liar jelang waktu buka puasa, 118 motor dan penunggangnya diamankan Polres Semarang
Rupanya perasaan merasa dibeda-bedakan ini terbawa hingga Hartoyo dewasa. Ia tidak terima Saleh lebih diperhatikan orang tua ketimbang dirinya.