Pulang pukul 12.00 keranjangnya sudah penuh. Ia beristirahat di bawah pohon duwet yang daunnya rindang. Waktu itu bertiup angin sepoi sepoi basah Samsudi mersa mengantuk.
Baru saja hampir tertidur ia mendengar tangis seorang wanita. Jenggelek ia pun berdiri mendengarkan dari arah mana suara itu datang. Namun setelah ia berdiri suara itu menghilang. Ia pun kembali duduk.
Tidak antara lama terdengar tangis perempuan lagi. Samsudi berjalan mendekat suara tersebut. Ternyata suara tersebut dari jurang sedalam 3 meter. Dengan perlahan lahan Samsudi menuruni jurang tersebut.
Di situ ada batu besar baru saja jatuh dari atas jurang bersama-sama tanah longsor. Samsudi mendekat batu tersebut. Suara tangis perempuan makin jelas dan tampak tetesan air mata keluar dari batu tersebut.
Samsudi bergumam : ''Wah ada batu menangis''.
Kemudian ia mendekatkan telinganya pada batu suaranya terdengar makin jelas: ''Tolonglah aku gulingkan batu itu yang menolong aku kalau perempuan akan saya jadikan saudaraku jikalau laki-laki akan saya jadikan suamiku''. (Dikisahkan Drs. Subagya di Koran Merapi) *