HARIAN MERAPI - Ketika terjadi perang antara Kasultanan Demak Bintara dengan Kadipaten Pengging, Raden Kebo Kenanga (Ki Ageng Pengging II) gugur.
Sebelum wafat, dia menyerahkan putranya, Mas Karebet, kepada kepada KRT Suronolo untuk dititipkan kepada Nyai Ageng Tingkir dan memerintahkan KRT Suronolo bersama keluarganya untuk menyingkir dari Kadipaten Pengging demi keselamatannya.
Perjalanan KRT Suronolo didampingi istrinya Nyai Rara Jumingah dan diikuti lima orang putra/putrinya, yaitu Sura Cipta, Sura Brata, Marga Asih, Sura Bangga dan Sura Gati.
Sampai di desa Selo, Cepogo, di daerah Boyolali mereka singgah untuk beberapa lama di
rumah Ki Lurah Cipta Kusuma (Kyai Galuh).
Di Desa Selo dua putranya, Sura Cipta dan Sura Brata meninggal dunia. Karena di desa ini KRT Suronolo merasa belum aman, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah barat.
Ketika perjalanan mereka sampai di desa Banyuroto singgah di rumah Ki Lurah Dalem
untuk beberapa lama. Supaya jejak perjalanan KRT Suranala tidak diketahui prajurit
Kasultanan Demak Bintara, Ki Lurah Dalem menyarankan untuk melanjutkan perjalanan ke
arah barat dan sampailah di dusun Banyuurip.
Di dusun ini anak putrinya, Marga Asih, meninggal dunia. Perjalanannya dilanjutkan lagi menuju ke dusun Karanglo, Krogowanan Sawangan. Dan di sini putra keempat KRT Suronolo, Sura Bangga, meninggal dunia.
Tempat persinggahan perjalanan KRT Suronolo selanjutnya adalah dusun Ngaglik. Dan
akhirnya mereka menemukan tempat kosong yang kala itu masih berupa hutan belantara
yang belum berpenghuni.
Di sinilah KRT Suronolo bersama isteri dan seorang anaknya, Sura Gati, akhirnya bertempat tinggal.
Atas kearifan, kebijaksanaan dan kepiawaiannya dalam mengolah lahan tanah yang kala itu masih berupa hutan, keluarga KRT Suronolo dapat hidup aman, damai dan tenteram di tempat ini.
Keberadaan KRT Suronolo di tempat tersebut beritanya tersebar ke daerah di sekitarnya. Sehingga banyak warga dari desa dan daerah di sekitarnya yang datang ke tempat itu untuk mengabdi kepada KRT Suronolo.
Baca Juga: Mengenal penyebab frustrasi dan cara mengatasinya, salah satunya dengan bercerita kepada orang lain
Sifatnya yang tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan atau pun kedudukan menjadi daya tarik bagi warga di sekitarnya untuk datang dan mengabdi kepadanya. Ajarannya, semua manusia sama di hadapan Tuhan.