Sampai di ruang tengah, dia menyaksikan sendiri, Ibunya sedang bermesraan dengan lelaki perlente. Persis seperti yang dikatakan orang berkerumun di depan rumah Pak Erte.
Dengan emosi yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubunnya, tanpa ba...bi...bu...potongan kayu sepanjang satu meter itu dia pukulkan ke kepala lelaki di samping Ibunya.
Thas! Darah segar muncrat dari kepala lelaki itu. Namun dalam hitungan detik, sosok lelaki di samping Ibunya tersebut hilang dari pandangan mata Pargino.
“Ya ampun, Pargino. Ketahuilah, dia itu adalah Bapakmu”, teriak Bu Gianti sembari menangis sejadi- jadinya. - Nama samaran. (Dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *