“Ada apa to Nduk, sepertinya serius banget?” Tanya ibu sewaktu melihat raut mukaku dan mas Raka.
“Sebelum bu Ratih sakit, kami melihat bola api jatuh dan masuk ke rumah bu Ratih melalui atap.”
“Astaghfirullah!” lirih ucap ibu.
“Iya Bu, aku mau cerita juga takut,” ucap mas Raka.
“Oalah Nduk, kok ya kayak gini kejadiannya. Ini yang dulu dikhawatirkan almarhum ibunya bu Ratih, kalau keluarga istri pak Bayu nggak terima karena mereka menikah dan menyakiti hati mantan istrinya itu. Tapi semoga nggak bener ya Nduk.”
Baca Juga: Tawuran di Salatiga Dibubarkan Warga, Seorang Pelajar Sempat Menabrak Warga dan Diamankan
“Nggih, Bu.”
“Lha kira-kira apa ada kaitan sakitnya bu Ratih dengan bola api itu to Bu.” Tanya mas Raka.
“Hem, kita hanya menduga Le, Nduk. Mungkin iya. Sebenarnya tadi pak Bayu manggil ibu karena kata orang pintar yang ditemui memang sakitnya bu Ratih tidak sembarangan, tetapi karena mendapat kiriman orang yang tidak suka.
“Kiriman?” tanyaku dan mas Raka hampir bersamaan.
“Iya, orang pintar itu bilang, ada yang kirim teluh pada bu Ratih. Rupanya benar, datang melalui bola api itu.”
“Assalamualaikum! Assalamualaikum!”
Tidak lama terdengar suara salam yang terburu-buru dari luar. Ibu segera ke depan membuka pintu. Sebentar kemudian ibu masuk lagi dengan muka terlihat sedih.
“Bu RT yang datang, Nduk, mengabarkan kalau bu Ratih baru saja meninggal dunia.” Ucap Ibu.