Baca Juga: Bupati Sukoharjo Launching Desa Wisata Jangglengan, Berharap Tingkatkan Pendapatan Warga
Tanpa berpikir panjang, kayu berwujud tongkat berwarna coklat tua kehitaman, yang tidak lain dan tidak bukan adalah tongkat kayu galih asem, dipungutnya.
Dibawa ke dapur dan bersama dengan kayu dan ranting kering lainnya, dimasukkan ke mulut tungku. Lalu dibakar dan buuul...dijilat api.
Pulang dari kebun Mbah Prono kakung kelimpungan mencari tongkat kayu galih asem miliknya. Dilihatnya sudah berada di mulut tungku.
Itu pun hanya tersisa sepuluh sentimeter. Mendapati hal itu Mbah Prono kakung menangis layaknya anak kecil kehilangan mainan kesayangannya.
Mbah Prono putri menyesali apa yang dilakukan. Namun, nasi sudah menjadi bubur. -Semua nama samaran- (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *