Ketika pintu terbuka ternyata di dalam kamar itu tidak ada siapa pun. Dan tangisan itu berhenti.
Baca Juga: Makna Patung Bung Karno yang Diresmikan Megawati di Omah Petroek Sleman, Lambang Keabadian Pancasila
Pada hari ketiga suara tangis pilu itu saya dengar lagi. Kubulatkan tekadku untuk menyelidiki lagi. Kubawa senter dan kunci naik ke atas loteng.
Kali itu juga lewat tengah malam. Pintu loteng lalu kubuka hati-hati. Saya masuk ke dalam ruangan sambil berjingkat-jingkat.
Setelah semua sudut saya terangi, namun tidak ada siapa pun di dalam ruang itu. Dan tangisnya pun berhenti. Yaaah, saya lalu keluar lagi dengan bulu kuduk merinding.
Mungkin hantunya tidak mau saya temui. “Nggih sampuuuun, kalau begitu. Silakan menangis teruuus…, asal tidak mengganggu saya,” guman saya. (Seperti dikisahkan Oei Tjong Hoo di Koran Merapi) *