Dia melihat sesosok perempuan, sepertinya cemas. Mungkin menanti jemputan yang belum kunjung datang. Untung-untungan Gombloh mendekati.
"Mangga saya dherekkan, Bu. Ke wetan Makam Jatilaya kampung nDagaran to?" ucap Gombloh berspekulasi.
Baca Juga: Bawa pedang dan 2 botol miras, warga Salam ditangkap polisi, ini kronologinya
Dia masih ingat jika perempuan tersebut adalah penumpangnya yang seminggu lalu dia antarkan ke tempat itu. Dan yang sangat diingat adalah busana yang dikenakan. Berkain batik tulis dan berkebaya warna hijau tua.
Tanpa menawar, perempuan tersebut langsung naik ke jok depan. Gombloh pun melenggang menuju tempat yang dimaksud. Sampai lapangan bola dan melewati depan gapura Makam Jatilaya, Gombloh mempercepat laju becaknya.
"Lho...lho...kebablasen, Pak. Stop, aku turun disini!" perintah penumpangnya begitu sampai di depan gapura Makam Jatilaya.
"Lho, rumah panjenengan kan masih kesana sedikit to?" ujar Gombloh setengah ngeyel.
Namun, secepat kilat penumpang perempuan berkebaya warna hijau tua itu melompat keluar. Belum juga memberi ongkos langsung berjalan menuju tengah Makam.
Baca Juga: Pemkab Sukoharjo Siapkan Rangkaian Acara HUT ke 78 Kemerdekaan RI, Tampilkan Ndarboy Genk
Gombloh pun terhenyak. Dibawah sinar bulan purnama, dia melihat punggung perempuan penumpangnya itu...bolong. Darah kental keluar dari punggung yang berlubang.
Gombloh semrepet dan tidak sadarkan diri.(Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *