HARIAN MERAPI - Sebuah cerita horor dari sebuah kampung di Boyolali.
Di kampung itu belakangan sering muncul penampakan gundul pringis.
Terutama setelah kebun kosong milik kas desa digunakan untuk tempat berjudi dan mabuk-mabukan.
Baca Juga: Penemuan Mayat Tanpa Identitas di Pinggir Jalan Sewon Bantul, Polisi Beberkan Kronologi
Sebuah kampung yang terletak di pelosok Boyolali memiliki ciri khas unik.
Tidak saja namanya yang kerap mendatangkan kesalahpahaman makna, kampung ini dikelilingi oleh sungai. Sehingga akses menuju kampung tersebut dari segala penjuru harus melalui jembatan (kreteg).
Tentu tidak banyak kampung yang memiliki ciri geografis semacam itu.
Lantaran hal tersebut, keseharian masyarakatnya sangat akrab dengan sungai. Mandi, mencuci, hingga buang hajat sampai sekarang ini masih banyak yang melakukannya di kali.
Selain itu, beberapa warga menambang pasir di kali untuk keperluan pribadi maupun dijual.
Masyarakat juga menjaga ritual turun-temurun di sungai, yaitu memandikan calon pengantin di Kali Tempukan sehabis subuh. Kali Tempukan adalah pertemuan arus dari tiga anak sungai.
Pakde Gimin, sedari kecil sering main di kali. Lumban atau berenang bersama kawan-kawannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
Meski acap kali sepulangnya dari kali selalu dimarahi, lazimnya anak-anak tidak jemu mengulangi kenakalannya.
Saking menyatunya dengan sungai, Pakde Gimin lebih suka buang hajat di sungai. Padahal anak-anaknya sudah membangun kamar mandi beserta WC.
Namun Pakde Gimin merasa sensasi buang hajat di sungai itu lebih praktis dan tenang.