Mereka adalah anak, mantu, dan cucu dari Ki Cokro.
Ki Cokro meminta mereka pindah ke desa karena Ki Cokro sudah tidak sanggup lagi untuk tinggal seorang diri.
Baca Juga: Ayam Kampung Banyak Diburu Warga, Buat Lebaran di Pedesaan Sekitar Ponpes Gontor Ponorogo
Di desa, Ki Cokro sangat disegani karena beliau adalah sesepuh satu-satunya di desa Waru yang masih hidup.
Sehari setelah anak, mantu, dan cucu Ki Cokro pindah, beliau membuat pesta sambutan untuk anaknya.
Ki Cokro menggelar pertunjukan wayang kulit dan pameran pusaka yang ia miliki.
“Silakan ambil makanan apa saja yang kalian inginkan.”
Semua warga boleh mengambil makanan apa saja tanpa harus membayar.
Ki Cokro memang orang yang sangat dermawan, ia tidak pernah perhitungan kepada siapa pun, karena harta bendanya saja tidak akan habis sampai tujuh turunan.
Baca Juga: Batalkan peralihan hak 6 SHM, ahli waris terdampak tol gugat BPN Sleman ke PTUN
Pagi hari setelahnya, keadaan kembali seperti biasa.
Ibu-ibu mulai berjalan menuju kali Srini sambil membawa tumbu berisi baju kotor.
“Bu Ismi, ayo kalau mau mencuci baju, saya temani.” ajak Lek Puji
“Iya Lek, tunggu sebentar ya.” ucap Bu Ismi.
Bu Ismi adalah mantu Ki Cokro yang baru pindah dari ibu kota.