Betul juga, debu disana-sini begitu tebal.
Setelah jendela terbuka, seakan sinarnya menembus seluruh isi kamar.
Baca Juga: Pengalaman horor Fara, pulang sekolah naik angkutan umum gaib yang membawanya ke tengah hutan
Kursi yang dulunya sering diduduki Ibu, seketika sedikit bergoyang.
Saya tidak memperdulikannya, karena menganggap itu sebagai hal yang biasa.
“Mbok Minah, tolong ke kamar belakang”, panggilanku sedikit agak keras, karena pasti Mbok Minah lagi membereskan di kamar depan.
Mbok Minah sudah puluhan tahun ikut keluarga kami. Dengan sedikit berlari, Mbok Minah menghampiriku.
“Iya den Ardi, ada apa?”
“Tolong bantu bersihkan kamar ini, ya Mbok”
“Iya, den”
Dalam hati kecilku, sebenarnya sudah lama aku rasakan pertentangan batin.
Kenapa Mbok Minah memanggilku dengan sebutan den, yang sebetulnya singkatan dari panggilan raden.
Bagiku, masa kini sudah bukan ukuran seseorang untuk mempertahankan sebuah ikatan tradisi yang membuat semacam kultus dan kasta manusia.
Masa lalu masih saja meninggalkan kapitalisme ningrat, dan kadang menjadi rasa sombong yang berlebihan. (Seperti dikisahkan Vito Prasetyo di Koran Merapi) *