Malam itu jalanan tampak sepi, hanya suara rintik hujan yang menimpa tanah dan pepohonan yang terdengar olah Arhan.
Bahkan kendaraan pun sangat jarang yang berpapasan dengan Arhan. Mungkin karena cuaca malam itu yang sedang hujan membuat warga menunda untuk keluar rumah, pikir Arhan.
Jalanan yang senggang membuat Arhan sedikit menambah kecepatan sepeda milik Bibinya itu. Meskipun sepeda tersebut hanya diterangi lampu senter yang di kaitkan pada stang sepeda saja, tidak membuat Arhan ragu. Benar saja, sesuai harapan Arhan, hujan yang ia kira tak kunjung henti tseketika berhenti.
Tetesan air dari langit yang semula Arhan rasakan menjatuhi tubuhnya kini pun sudah tak terasa. Udara dingin yang semula menyelimutinya kini pun tidak lagi terasa, bahkan serasa lebih hangat.
Tapi aneh, jalanan yang saat ini ia lalui tampak kering dan tidak tampak seperti habis di guyur hujan. (Dikisahkan Dandi Priatna, UAD di Koran Merapi) *